Selasa, 13 Maret 2012

Saudara tetaplah Saudara

Mumpung semua kerjaan sudah beres,,sy pengen cerita di blog ini,,sesuatu untuk sy jadikan kenangan nantinya.

Sebelumnya sy mau cerita bahwa sebelum menikah sy menjadi simpatisan/tamu jemaat di GBI Padang, kota dimana keluarga kecil kami tinggal. Saat itu sy memang belum mendaftar jadi jemaat karena sy pikir nanti saja sesudah sy menikah. Waktu itu gereja ini adalah gereja yg sy kunjungi di minggu kedua setelah saya hijrah ke Padang (bahasanya bo'... hijrah!). Di minggu pertama saya ke GPIB Efrata dengan teman-teman saat itu, tapi waktu itu sy merasa ada kebutuhan yg rasanya mungkin tidak sy dapatkan di situ. Setelah ibadah pertama saya di GBI, sy merasa betah saja bahkan sempat memiliki komsel di sana. Bagi sy, gereja tersebut benar2 dipakai Tuhan secara luar biasa untuk membentuk sy. Bahkan, di saat2 gempa yg lalu, yg membuat sy tetap kuat adalah Firman Tuhan yang disampaikan saat2 sy beribadah di gereja itu yg bangunannya roboh namun gereja (jemaatnya) justru semakin kuat.

Namun, sesudah menikah ada hal-hal tertentu yang membuat orangtua kami berpesan kepada kami untuk beribadah di gereja-gereja dengan aliran yang berbeda. Pertanyaan yang paling sering mampir ke pikiran adalah : "gimana baptisnya?, Gimana sidhinya?, dan seperti itulah kira2. Setelah berdoa untuk mengambil keputusan, aku mengajak suamiku untuk berjemaat di GPIB Efrata Padang, dan disinilah kami akhirnya. Hari Minggu kemarin kami diumumkan sebagai jemaat baru Gereja ini. Tokh sebenarnya Tuhannya adalah Tuhan yang sama, yg jelas kami harus selalu bertumbuh dengan cara yg Tuhan mau.

Lalu ceritanya seperti ini, tadi siang sy dan beberapa teman kantor makan di sebuah rumah makan di Taplau (Tapi Lauik alias Tepi Laut). Sedang asyik menikmati ikan bakarku, sy melihat sosok ibu pendeta GBI memasuki tempat yang sama denganku. "Deg!" Entah kenapa jantung sy berdegup kencang sekali. Pandangan kami bertabrakan dan kami saling melempar senyum. Sy tidak akan pernah melupakan ibu ini, orang yg dgn senyum cerianya selalu menyambut di depan pintu gereja, sekilas menanyakan kabar dan entah kenapa perhatian yg dia berikan selalu membuat hati sy hangat. Hal-hal kecil yg dia perhatikan disampaikan oleh suami sy ketika sy sedang tidak di kota Padang dan suami sy ibadah sendiri, si ibu akan bertanya : "kenapa sendiri? pasangannya mana?". Sy sempat berpikir betapa si ibu pendeta sangat memperhatikan jemaat dan tamu jemaat yg datang setiap minggu dalam 2x ibadah di hari Minggu. Selama makan, sy terus kepikiran, seperti ada sesuatu yg lain aja dalam hati sy. Sy ga mengerti gimana harus menjelaskannya.

Sesudah selesai makan, rombongan si ibu which is di antaranya ada pemimpin komsel sy dulu dan bapak gembala nyamperin sy, memeluk sy dengan hangat dan tidak menanyakan sama sekali kenapa sy tidak pernah kelihatan lagi. Mungkin mereka merasa itu adalah pertanyaan yg tidak nyaman buat sy. Hati sy? KACAU!! Sy pikir kenapa sy harus tidak nyaman bertemu dgn mereka sementara mereka tetap mampu bersikap hangat dgn sy. Sy pikir tidak ada yg perlu sy kuatirkan selama semuanya adalah tetap saudara, mau dimana pun berjemaat. Selanjutnya, saat ini sy sangat bersyukur pernah mengenal orang2 luar biasa ini.

Ibu, Bapak, Abang, tetaplah setia dalam melayani yah.. Kalian tau, buah manis dari pelayanan kalian tidak akan pernah menjadi sia2.. #pray

Tidak ada komentar: